Senin, 15 Juli 2013

DESA TAMBAKSELO

SEKILAS TENTANG DESA TAMBAKSELO 
PENDAHULUAN
Masyarakat Desa terbentuk dari berbagai ikatan , ikatan yang pertama melahirkan bentuk yang dinamakan genealogis sedangkan yang ke dua adalah ikatan territorial,,  geneologis adalah keturunan sedangkan territorial adalah wilayah / wengkon , dan sudah pasti bahkan mesti suatu desa memiliki unsure yaitu gotong-royong yang kuat, bahkan melebihi clien dan patron , sebab tata kehidupan yang berjalan adalah saling bertemu, berhadapan baik individu mauoun kelompok dimana mengenal satu sama lain seperti mengenal dirinya sendiri.
Kata Desa berasal dari bahasa sanksekerta , desya. Serta pengaturan desa bias di telaah secara histories semenjak di temukannya prasasti himawalandit (+1350) yang memuat kata swatantra yang dapat di artikan sebagai kewenangan utuk menyeelenggarakan rumah tangganya sendiri dan prasasti kawali (+1350) yang memuat kata Desa secara normative ,  desa oertama kali di temukan oleh Mr. herman warner muntunhe pada tanggal 14 juli 1817 di pesisiran pulau jawa utara pada waktu menjadi anggota raad van indie semasa pemerintahan lutenan gubernur general Thomas Stamford raffles, . untuk pertama kalinya desa merupakan lembaga terendah di singgung dalam undang – undang pertama hindia belanda, yang terkenal dengan nama REGLEMENT OP HET BELEID DER REGERING VAN NEDERLANDS INDIE      tahun 1845.
     Sebagai pelaksanaan dari pasal-pasal dalam REGLEMENT OP HET BELEID DER REGERING VAN NEDERLANDS INDIE , maka pada tahun 1906 dikeluarkan suatu ordonatie java and madura  ( igo-inlandsche gemente ordonatie), staatblad no 83 tahun 1906 yang mengatur pemerintahan desa di jawa dan madura yang di kenal dengan nama gementee ordonantie sedangkan luar jawa di tetapkan dengan aturan tersebdiri.
     Desa-desa yang di bentuk pada  saat itu lebih bersifat desa geneologis, di mana warga desa memiliki hubungan kekeluargaan sehingga sistim nilai yang berlaku dalam mengatur kepantingan bersama warga desa adalah adapt-istiadat masyarakat setempat, walaupun di dalam ordonasi di atur tentang pemerintahan Desa, dan jelas juga pada kamus bahasa Indonesia  1993-200 secara jalas mengungkapkan bahwa desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan ;kampong; dusun ;udik;dusun.
     Setelah kemerdekaan maka pengaturan mengenai desa menjadi bagian dari kabupaten yang berpedoman pada undng-undang.
Dari urauan diatas sejarah kabupaten grobogan yang telah mengalami pergeseran maupun perubahan tata pemerintahannya baik yang menyangkut susunan dan wilayahnya maka di wilayah pedesaannpun mengalmi penggabungan maupun pemecahan suatu Desa , dari wilayah desa Tambakselo kususnya terjadi penggabungan antara wilayah Jatisemen dan kenteng gadon gading , Jatitengah ,Ragem Jatisari ,Tambakrejo, Krajan ,Bangsri menjadi satu kesatuan,mengingat sebelum diadakan penyatuan wilayah Desa Tambakselo Wilayah Kecamatan wirosari(sekarang)yang dulunga adalah wilayah / statusnya adalah kawedanan dan kecamatannaya/assitenannya berada di karangasem sesuai dengan (staadblad 1932 no 16  , staadblad 1933 no 51) maka di hapus kemudian terjadilah penggabungan dan pemecahan Desa.
Sebelum adanya terbit atuuran tersebut untuk jatitengh dan tumpuk, ragem,kenteng,gadon ,gading kalau menghadiri panggilan  rapat atau perintah masih di bawah asisten wedono di karangasem  .
Memang sangat panjang sejarah suatu Desa apalagi keadaan jaman dulu sangatlah beda jauh teruta dalam sarana transportasinya, Kembalai ke Desa Tambakselo ,kalau menilik dari nama – nama dusun maupun nama yang lain yaitu nama makam Sentono maka bisa di bayangkan bahwa sentono itu adalah nama yang sama dengan lokasi prasasti majapahit , itu berarti bahwa memang sungguh panjang sejarah terbentuknya wilayah Desa ini bisa diartikan sejak jaman majapahit kemungkinan Desa Tambakselo sudah ada , tetapi kita hanya bisa menulis apa yang masih bisa di dengar dan di telik walau sedikit dengan bukti fisik nya, mungkin nanti ada bukti-bukti lagi ysng akan memperjelas keberadaan asal-usul Desa Tambakselo Yang Sangat Kita Banggakan..

Juga dari cerita tutur orang jawa banyak cerita yang mengiringi lahirnya desa tambakselo yaitu salah satunya adalah
Bahwa di daerah tersebut dulunya ada tambak/bendungan yang sangat panjang yang terdiri dari selo / batu bebatuan , yang dibangun jaman pemerintahan  belanda, ada cerita juga dari sesepuh desa tambakselo, bahwa batu- batu yang di gunakan atau dipakai untuk membendung wilayah tambakselo di angkut dari batu batu besar yang di seret menggunakan sapi maupun kerbau di ganjal dengan roda kayu untuk meluncurkan batu batu tersebut, batu batu tersebut berasal dari timur balai desa Tambakselo sekarang, mengingat wilayah Desa Tambakselo meupakan dataran rendah di bandingkan dengan wi layah di sekelilingnya , dan juga sebelum ada Bendungan tirto sekarang, dulu ceritanya akan di bangun bendungan di wilayah Jatisemen(sekarang)  yang akan di gunakan belanda untuk mengairi wilaya Tambakselo ke selatan, karma air tidak bias mengalir karma wilayah jatisemen(sekarang) lebih rendah posisi ketinggiannya, maka bendungan tersebut tak terpakai konon juga sebelum jadi sudah keburu keena petir, dan apabila bendungan tersebut bisa terpakai otomatis wilayah jatisemen ke utara terjadi genangan air yang banyak.
Maka penulis menyimpulkan pada masa bendungan jatisemen sekarang)  itu sudah finis pembangunannya wilayah jatisemen keutara di bangunlah tambak batu-batu yang konon ceritanya berukuran yang sangat besar yang di pindahkan tidak hanya dengan tnaga manusia tapi juga dengan tenaga hewan dengan sistem kerja jaman belanda yang bertujuan untuk membendung air luapan maka di situlah ahirnya batu-batu di susun di tata  yang sangat banyak jumlahnya serta besar ukuranya agar supaya pengaturan pengaiaran air bisa sesuai rencana ,tetapi kemungkinan alam berkehendak lain karma memang di sekeliling Desa Tambakselo dulunya adalah hutan dan perbukitan yang ahirnya jumlah volume air yang sangat luar biasa mengakibatkan bendungan tersebut tidak berfungsi atu tidak kuat menampung debet air yang sangat banyak volumenya .
Dengan tidak selesainya pembangunan pengairan oleh belanda tersebut yang memang di kenal sebagai negara yang ahli dalam pembangunan bendungan maka di cari tempat yang lebih tinggi oleh karma itu maka pembangunan ke 2 di kerjakan di wilayah  yang sekarang di namakan dusun bangsri/yang di kenal di bayanan itulah kira-kira.
Dan setelah Tambakselo  sudah menjadi sebuah desa maka sebelah barat adalah wonorejo dan selatan adalah Dusun Tambakrejo keselatan lagi adalah Dusun Jatisari,bekas bendungan adalah jatisemen dan welahan,keutara adalah dusun bangsri dusun  jatitengah,dusun tumpuk,ragem,dusun kenteng,gadon,gading,sendangwaru dan di lingkup balai Desa adalah dusun krajan.
Banyak tokoh desa yang mengiringi perkembangan Desa Tambakselo salah satunya adalah ulama – ulama yang menyiarkan agama islam di wilayah Tambakselo sehingga sampai sekarang Desa Tambakselo termasuk Desa sebagai Tempat pendidikan Agama Islam Baik MI maupun Ponpes – ponpesnya, yang bertempat di dusun jatisari dan bangsri kususnya dan masih banyak pula tempat –tempat pengajian di setiap Masjid yang berada di dusun – dusun..

Serta masih ada pula bangunan – banunan peninggalan jaman belanda yaitu berupa bendungan dan batas – batas wilayah antara hutan dan pedesaan yang berupa tanda batas maupun yang lainnya.
     Dan juga Terbentuknya suatu desa pastilah ada sejarah yang mengiringinya yang masih menjadi ingatan di lingkungan desa tersebut ( Desa Tambakselo) .

     Wilayah desa tambakselo yang mencakup 11 kepala dusun dengan 14 nama dusun dan 11 rw 11 bpd 45 rt merupakan wilayah yang cukup besar di bandingkan dengan desa sekitarnya
1.     ragem
2.     tumpuk
3.     jatitengah
4.     gading,gadon,kenteng.
5.     sendangwaru, bangri.
6.     krajan
7.     wonorejo
8.     tambakejo
9.     jatisari
10.                     jatisemen
11.                     welahan

Masing –Nasing Dusun Mempunyai Sejarah Tersendiri , Di Sini Kami Juga akan menceritakan para pejuangan leluhur yang mengiringi perjalanan Desa Tambakselo yang masih teringat adalan kemenangan para tokoh maupun jawara desa dalam memenangkan sayembara dalam penangkapan seorang bernama tirto bulayat yaitu seorang yang mempunyai kelompok / gerombolan yang membangkang dan memalsu uang dan sangat sakti waktu itu dan tidak ada pendekar manapun yang bisa menumpasnya yang pada ahirnya bisa di tangkap dan diserahkan kepada pemerintahan belanda oleh tokoh Desa Tambakselo waktu itu.

     Perlu Di Ceritakan Pula Petutur Dari Sesepuh Desa Tambakselo Bahwa Sebelum Desa Tambakselo Seperti Sekarang Ini Dulunya Terdapat Banyak Kelurahan/Wilayah Yang Dipimpin Oleh Lurah/Bekel Dan Ada Balai Desanya Masing – Masing Sampai Pada Ahirnya Menjadi Satu Kesatuan Menjadi Desa Tambakselo Yang Sampai Sekarang Dinama Balai Desanya/Kantor Kepala Desa Berada Di Dusun Krajan Dengan Lurah/Kepala Desa
  1. NOLOBONO (1922)…Anaknya Pardi (1927)..!930.
  2. PARTO REJO PARMEN .
  3. PARDI 1960 -1969.
  4. MAHFUD RIDHO 1973-1999.
  5. SODIKIN 1999-2006.
  6. SAREH JOKO PRASETYO.
     Terdapat tempat tempat makam para kyai-kyai yang setiap tahunnya selalu di adakan haul yaitu kiayi Habibah, Kiai Andurahman,Kiai Idris, Kiai/Mbh Turi, yang merupakan penyiar islam di wilayah Desa Tambakselo.
Adanya makam-makam para kiayi tersebut maka tidak lepas dari penyebarab islam yang di bawa pleh para wali atau keluarga wali songo melalui jalur pantura / jalur jalan raya pos jaman belanda yaitu antara   Kendal Semarang Demak Kudus Pati  Juwana Rembang  Lasem Tuban Sidayu Gresik Surabaya Wonokromo Waru di jalur tersebut besar keungkinan lintas asintenan karangasem kawedanan wirosari menuju pati digunajan  sebagai jalur alternative dari rute perjalanan maka dari itu banyak persinggahan – persinggahan (ampiran)  berada di daerah Wirosari termasuk ampiran adipati pragola di kauman wirosari .sejarah desa tambakselo tidak lepas dari kejadian yang terjadi di kadipaten grobogan dan kesultanan Mataram karma masih termasuk wilayah grobogan walaupun juga dapat masukan budaya dari kesultanan Demak bintoro terlebih lagi dari perjalanan para wali songo dalam penyebaran islam.
Prajurit Patangpuluhan adalah prajurit yang pada masa dulu merupakan pasukan elit Kerajaan Demak Bintoro berjumlah 40 orang. Pasukan ini dipimpin oleh seorang Manggolo Yudho yang disebut "Lurah Tamtomo", dengan dua orang pengapit (ajudan). Terdapat pula seorang Wiro tamtomo dan 3 Bintoro.
Keberadaan prajurit patangpuluhan sampai saat ini masih dipertahankan sebagai bagian dari acara Grebeg Besar yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. dalam acara pemberangkatan minyak jamas. yaitu mengawal minyak yang akan dikirim ke Sesepuh Kadilangu untuk menjamas pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, berupa keris Kiyai crubuk dan Kutang Ontokusumo.
Juga terdapat cerita popular Sarip Tambak Oso adalah sebuah legenda populer di Jawa Timur yang sering dipentaskan dalam pertunjukan Ludruk, terutama di daerah Surabaya dan Sidoarjo. Kisahnya tentang seorang pencuri budiman bernama Sarip yang berani menentang pemerintahan kolonial Hindia Belanda di daerahnya.

Kisah Sarip (berdasarkan rekaman Ludruk wijaya Kusuma tahun 1970an)

Dusun Tambak Oso dibagi menjadi 2 wilayah yang dibatasi oleh sebuah sungai, wilayah tersebut biasa disebut Wetan kali dan Kulon Kali. Masing-masing wilayah mempunyai Jagoan (orang yang disegani karena kesaktiannya). Wilayah Kulon kali di kuasai oleh seorang jagoan bernama Paidi, dan Wetan kali dikuasai oleh Sarip.
Paidi adalah seorang pendekar yang berprofesi sebagai Kusir Dokar yang mempunyai senjata andalan berupa Jagang yang terkenal dengan sebutan Jagang Baceman. Sarip adalah pemuda jagoan dari desa Tambak Oso yang berhati keras, mudah marah, namun sangat menyayangi kaum miskin, terutama kepada ibunya yang seorang janda. Di tengah kemiskinan dan kebodohan, Sarip bertindak sebagai maling budiman yang mencuri di rumah-rumah orang Belanda, saudagar kikir, dan para lintah darat, untuk dibagi-bagikan kepada warga miskin.
Sarip selalu menjadi Target Operasi Government Belanda, karena perbuatannya yang dianggap membuat keonaran dan memprovokasi masyarakat untuk menentang kebijakan Belanda. Suatu hari, sarip mendapati Ibunya sedang dihajar oleh Lurah Gedangan karena ibunya tidak dapat membayar pajak tanah garapan berupa tambak. Melihat hal tersebut Sarip marah dan langsung menghabisi nyawa Lurah Gedangan dengan sebilah pisau dapur yang menjadi senjata andalannya.
Dilain hari diceritakan Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari Nagih pada orang2 yang terpaut utang dengan orang tuanya, ditengah jalan bertemu dengan Sarip dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip. Sarip yang punya perangai kasar tidak sabar dan memaksa Saropah untuk menyerahkan Arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan tersebut munculah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman orang2 yang tidak senang. Setelah terjadi perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar tersebut. Sebilah pisau dapur ternyata tidak lebih mumpuni dibanding Jagang Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati.
Dibagian hilir sungai Sedati, Ibunda Sarip "Mbok e Sarip" tengah mencuci pakaian, entah kenapa pikirannya gundah gulana memikirkan anak keduanya itu. Dia berhenti mencuci karena ada warna merah darah yang mengalir disungai itu, dia berjalan mencari sumber darah tersebut, alangkah terkejutnya dia ketika didapatinya sumber warna merah tersebut adalah mayat anaknya. Spontanitas dia menjerit seraya berteriak " Sariiip durung wayahe Nak.....". Anehnya Sarip         bangkit dari kematiannya dan segera berlari menemui ibunya, kemudian menanyakan kepada ibunya tentang hal apa yang terjadi pada dirinya dan kenapa dia tidur disungai. Kemudian ibunya bercerita, ketika Sarip masih dalam kandungan, Ayahnya bertapa di Goa Tapa (daerah Sumber Manjing)selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat anak keduanya telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah "Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, bahwa Sarip akan dapat bangkit dari kematian apa bila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh 1000x dalam sehari.(dilanjut nanti lagi...masih panjang by: Cak Wandoyo)
Demikian salah satu cerita yang menarik kita gunakan sebagai gambaran dari budaya masyarakat era tujupuluhan yang tidak menutup kemungknan cerita ersebut di ilhami dari cerita-cerita sebelumnya tetapi cerita tersebut tidak sama dengan keadaan di mana tempat dan pelaku disebutkan apabila terdapat nama yng sama itu hanya kebetulan.